Inovasi Mudah dengan ID.CO.ID – Jakarta.

Kelompok Merdeka siap menuai buah dari ekspansi mereka ke dalam sektor usaha komoditi emas dan nikel. Perusahaan Publik PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) kini tengah mendorong penyelesaian proyek tambang emas Pani agar dapat dimulai produksinya pada awal tahun mendatang.

Albert Saputro, Presiden Direktur dari Merdeka Copper Gold, menyatakan bahwa segala persiapan untuk proyek tambang emas di Pani akan selesai menjelang penghujung tahun. Setelah itu, ekstraksi dan produksi emas pertama direncanakan dimulai pada triwulan I-2026.

Di awal, MDKA bertujuan agar hasil produksi emas dari Proyek Pani dapat mencapai antara 80.000 hingga 100.000 ons. Menurut Albert saat acara konferensi pers pada hari Kamis (20/3), “Produksinya akan sekitar angka itu nantinya. Maka jika dihitung terhadap penerimaan, tentu bergantung juga dengan harga jual emas.”

Albert menyambut positif kenaikan harga komoditas emas hingga ke level tertinggi sejauh ini (
all time high
hingga mencapai angka US$ 3.000 per ons troi. Kenaikan harga emas pada awal tahun ini disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dunia, yang semakin meningkatkan daya tarik aset tersebut.
safe haven.


Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) Tolak Usulan Peningkatan Tarif Royalti, Berikut Argumen Mereka

Meskipun demikian, Albert tidak mau menerka-nerka tentang perkembangan harga logam mulia emas di masa mendatang. Sebab, perubahan harga logam mulia ini sangat bergantung pada situasi pasarnya serta kondisi ekonomi dunia secara keseluruhan. “Bisa jadi jika harganya tetap lumayan positif. Namun, kita sebagaiikan semuanya kepada yang lebih berhak memutuskannya,” katanya.
price taker,
bukan
price maker,
” kata Albert.

Dus, kendati harga emas berada di level yang tinggi, MDKA tidak akan serta merta mengerek produksi. Albert memastikan, tingkat produksi emas MDKA masih sesuai dengan panduan awal.

“Saat ini target produksi emas tetap sama (tidak berubah). Kenaikan produksinya akan berasal dari Proyek Pani pada tahun 2026,” jelas Albert.

Menurut catatan Lifehack My ID.co.id, MDKA bertujuan untuk menghasilkan antara 100.000 hingga 110.000 ounce emas selama tahun 2025. Angka ini mencerminkan penurunan sebesar 5,06% sampai 13,69% jika dibandingkan dengan hasil produksi yang dicapai di tahun sebelumnya.

MDKA menghasilkan 115.867 ounce emas di tahun 2024. Biaya cash cost-nya tahun lalu adalah US$ 1.017 per ons troi, sementara harga jual rata-ratanya atau ASP mencapai US$ 2.371 per ons troi.

Pada Proyek Emas Pani, MDKA menargetkan produksi emas bisa mencapai sekitar 150.000 ounces pada tahun 2026. MDKA kemudian akan mengerek produksi hingga bisa mencapai 300.000 ounces di tahun-tahun berikutnya.

Berikutnya, tambang emas yang terletak di Gorontalo tersebut memiliki kadar lebih dari 6,9 juta ons emas. MDKA akan melakukan penambangan Pani secara bertahap sampai dapat menyentuh taraf produksi maksimum sebesar 500.000 ons emas setiap tahunnya.

Di luar fokus pada emas, perusahaan tambang mineral yang dikendalikan oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) serta Garibaldi “Boy” Thohir ini juga aktif dalam pengembangan sektor nikel. Aktivitas operasi dan pengejaran ekspansi untuk komoditas nikel kelompok Merdeka dilakukan lewat PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Meskipun demikian, dalam konteks bisnis, pasar untuk komoditas nikel tampaknya lebih stabil dibandingkan dengan emas yang telah mencapai puncak historisnya. Bahkan baru-baru ini, harga kontrak berjangka nikel sudah mulai naik dan berada di atas tingkat US$ 16.500 per ton.


UNIDO Menjajari Kemungkinan Pengembangan Sektor Industri Ramah Lingkungan dan Pemurnian Nikel di Indonesia

Albert menggarisbawahi kisaran harga antara US$ 14.000 sampai dengan US$ 15.000 sebagai titik dukungan untuk logam nikel. “Ini adalah tingkat dukungan yang telah kita amati sebelumnya. Saya pun tak pasti apakah harganya akan mencapainya atau tidak,” jelas Albert.

Dalam aspek pengembangan industri nikel, langkah terakhir dilakukan tanggal 13 Maret 2025 ketika MBMA merilis penjualannya pertama kali untuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Produk ini diproduksi oleh PT ESG New Energy Material (PT ESG), sebuah perusahaan joint venture antara HPAL dan GEM Co., Ltd.

PT ESG mendapatkan Surat Ijin Usaha Industri di bulan Februari 2025 dan melaksanakan debut penjualannya pada Maret 2025 dengan mengantarkan 6.500 metrik ton nikel berbentuk MHP. Pengiriman ini menjadi kali pertama dari deretan pengiriman terencana untuk seluruh tahun 2025.

PT ESG merencanakan pabrik HPAL-nya akan menghasilkan sebanyak 30.000 ton nikel MHP setiap tahun. Secara spesifik, Train 1 yang berkapasitas 20.000 ton per tahun sudah dimulai operasionalnya di pertengahannya bulan Desember 2024.

Train 2 dengan kapasitas sebesar 10.000 ton per tahun sedang menjalani proses komisioning dan direncanakan untuk mencapai produksi awalnya pada kuarter kedua tahun 2025. Untuk menjamin suplai bahan baku yang tetap tersedia dan biayanya terjaga, tambang milik PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), sebuah anak usaha dari MBMA, akan memberikan sumber biji limonit yang konstan dalam periode waktu lama kepada PT ESG.

Di samping proyek itu sendiri, Grup Merdeka juga melakukan perluasan di Pabrik AIM (Asam, Besi, Logam). Aktivitas komisi sudah berhasil dicapai, dan pabrik asam pun mulai beroperasi sejak bulan April tahun 2024.

Kelompok Merdeka pun bakal mengeksplorasi deposit tembaga yang ada di bawah penambangan emas Tujuah Bukit di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut Albert, MDKA tetap meneruskan analisis sambil mengurus sejumlah izin yang diperlukan.

“Beberapa di antara mereka sedang dalam tahap perizinan. Kita pun tetap melanjutkan proses studinya. Tujuannya adalah untuk memastikan adanya persediaan tambahan serta meningkatkan efisiensi rencana pengembangan kita. Oleh karena itu, proyek tersebut masih berlangsung,” jelas Albert.

Dengan beragam program perluasan ini, terutama dalam bidang nikel dan emas, Albert percaya bahwa Grup Merdeka dapat meraih peningkatan performa. Ia menegaskan, “Tahun 2024 adalah masa pembangunan dengan banyak projek still dalam tahap konstruksi. Proses rampungnya akan dimulai dari tahun 2025 hingga 2026. Oleh karena itu, dampak signifikan baru akan dirasakan pada periode tersebut.”


Pemerintah Menangguhkan Moratorium Terhadap Smelter Nikel RKEF, Berikut Implikasinya Bagi Sektor Industri