Gempa bumi di Thailand dan Myanmar yang berlangsung pada tanggal 28 Maret 2025 lalu dikatakan sebagai yang paling besar dalam sejarah kedua negara tersebut sejak tahun 1930. Sesaran dekat dengan pusat guncangan menjadi penyebab utamanya.
—
BAKOELWEB INDONESIAkini tersedia di WhatsApp Channel, ikuti untuk mendapatkan informasi terupdate dari kami disini.
—
BAKOELWEB INDONESIAOnline.com –
Guncangan gempa hebat menimpa Thailand dan Myanmar pada hari Jumat (28/3) sesuai dengan waktu lokal. Kekuatan getarannya tercatat sebesar 7,7 skala Richter, dengan titik fokus utama gempa tersebut berlokasi di wilayah Myanmar.
Menurut informasi dari Kompas.com, gempa di Thailand itu telah menghancurkan sebuah bangunan bertingkat 30 yang sedang dalam proses pembangunan. Sekitar 43 tenaga kerja diketahui terperangkap di bawah sisa-sisa reruntuhan konstruksi tersebut.
Berdasarkan laporan dari kantor berita AFP dan juga dari Kompas.com, guncangan gempa bumi dengan kekuatan tinggi terjadi di wilayah utara-barat Kota Sagaing, Myanmar pada kedalaman permukaan tanah, seperti dilaporkan oleh Badan Penelitian Geologi Amerika Serikat. Kemudian dalam hitungan menit setelahnya, sebuah gempa susulan dengan magnitud M 6,4 lagi-lagi melanda area tersebut. Di sisi lain, gedung bertingkat tinggi yang roboh di Bangkok sebenarnya dirancang sebagai pusat pekerjaan bagi instansi pemerintahan.
Gempa itu berhasil merobohkannya menjadi reruntuhan puing-puing dan besi melintir dalam sekejap saja seperti terlihat pada klip video yang disebar di platform-media sosial. “Saat aku sampai untuk mengevaluasi tempat kejadian perkara, kudengar beberapa individu berseru mencari pertolongan dengan mengucapkan ‘tolong saya’,” ungkap Worapat Sukthai, asisten komandan wilayah polisi Bang Sue.
Di sisi lain dari perbatasan yang ada di Myanmar, rombongan jurnalis AFP tengah berada di Museum Nasional di Naypyidaw ketika gempa bumi melanda.
Potongan-potongan menurun dari atap sementara gedung pun ikut goyang. Pegawai bercadar panik dan melarikan diri. Jalanan sekitarnya pecah, beberapa sampai mengelupas betonnya sehingga jalur ke salah satu rumah sakit utama di kotanya tersumbat.
“Diperkirakan ribuan orang luka, namun kami sedang mengecek kembali jumlah total korban,” ujarnya.
Rumah sakit tersebut menjelma menjadi “area korban massal” pasca guncangan gempa, menurut keterangan petugasnya. Satu unit ambulance melaju di tengah-tengah lalu lintas, sementara seorang tenaga medis menggebrak pintu dengan teriakan “mobil, bergegaslah ke pinggir jalan supaya ambulance dapat melewatinya”.
Di rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur tersebut, pasien cedera ditangani langsung di jalanan diluar gedung sementara botol infus digantung. Sebagian pengunjuk rasa berguling-guling menahan nyeri, sedangkan sejumlah besar lainnya terdiam dalam posisi telentang ketika keluarga mencoba untuk memberi kenyamanan kepada mereka.
Memahami Sesar Sagaing, Penyebab Guncangan di Thailand dan Myanmar
Beberapa sumber mengatakan bahwa gempabumi di wilayah Thailand dengan pusat di Myanmar merupakan yang paling besar sejak tahun 1930. Guncangan tersebut dipicu oleh Sesar Sagaing yang ada di Myanmar pada tanggal 28 Maret 2025. Seperti dilaporkan Kompas.ID, titik episentral dari gempa itu terletak dalam kedaliman 10 kilometer dan berjarak kurang lebih 16 kilometer ke arah barat laut Kota Sagaing, Myanmar.
Berdasarkan data dari Badan Survai Geologi Amerika Serikat (USGS), guncangan yang terjadi bersifat dangkal sehingga menghasilkan daya hancurnya sangat besar.
Dari sumber yang sama, guncangan gempa di Thailand dan Myanmar merupakan rekaman paling baru tentang aktivitas seismik di sepanjang Sesar Sagaing. Sesarb ini membentang dari utara hingga selatan dan secara langsung melalui bagian tengah Myanmar.
Sesar Sagaing menjadi penyebab utama Myanmar sering dilanda gempa bumi. Berdasarkan data dari USGS, antara tahun 1930 hingga 1956 telah tercatat enam kali gempa dengan kekuatan magnitudo 7,0 atau lebih di wilayah sekitar Sesar Sagaing. Kemudian pada tahun 2016, juga terjadi gempa berkekuatan 6,8 yang menimpa Bagan, sebuah kota tua di Myanmar. Lokasi tersebut ditempatkan kurang lebih 174 kilometer arah baratdaya dari Sagaing.
Menurut kutipan dari Sciencedirect.com yang dikemukakan oleh Kompas.ID, Sesar Sagaing merupakan struktur tectonik utama di antara Lempeng India dan Lempeng Sunda. Geseran ini meluas hingga mencapai panjang 1.200 kilometer mulai dari arah utara menuju selatan dan secara langsung menembus wilayah pusat Myanmar. Berbagai daerah perkotaan di negara tersebut berada persis di sepanjang garis sesar itu.
Negara tersebut berada di area tectonically aktif antara plat India dan Plat Sundaland, bagian dari plat micro Burma juga ikut merangkum pla Eurasia. Menurut studi menggunakan system positioning global yang dilakukan mulai tahun 2011 sampai 2014 ditemukan bahwa tepian timur Sesar Sagaing berpindah ke arah tenggara dengan laju rata-rata sekitar 32-40 millimeter setiap tahunnya.
Bagian barat dari geseran bergerak ke arah tenggara dengan laju sekitar 31-35 millimeter setiap tahunnya.
Beberapa pakar mencurigai bahwa aktivitas gerak lempengan tersebut sebagai pemicu dari guncangan gempa yang terjadi di Sagaing, seperti halnya dengan berbagai gempa sebelumnya di Myanmar. Menurut Roger Musson, seorang peneliti dari British Geological Survey dalam wawancara dengan sciencemediacentre.org, jenis gempa ini sudah pernah dialami pada tahun 1956.
“Alasan utama dari guncangan tersebut adalah gerak Lempeng India menuju utara, menyebabkan terjadinya retakan di sepanjang patahan tegak dengan arah utara-selatan,” jelas Musson.
Setelah terjadi kerusakan dan kondisi serba kurang akibat dari guncangan gempa bumi, pemerintah militer Myanmar menyatakan status tanggap darurat di enam daerah. Enam daerah tersebut meliputi Sagaing, Mandalay, Magway, Negeri Shan, Naypyidaw, serta Bago.
Di samping itu, pihak militer juga meminta dukungan untuk bantuan humaniter dari kalangan internasional. “Kami berharap agar komunitas global dapat menyediakan bantuan humaniter dengan segera,” ujar Zaw Min Tun, yang merupakan perwira media junta militer Myanmar.
Hingga saat ini, jumlah korban jiwa masih belum jelas. Menurut laporan dari Kantor Berita AFP, sang komandan militer Myanmar, Min Aung Hlaing, sempat mengunjungi para pasien yang terluka dan dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan di Naypyidaw.
Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra secara resmi mengklaim bahwa status darurat diberlakukan di area Bangkok. Sementara itu dari New Delhi disampaikan, Perdana Menteri India Narendra Modi menegaskan kesiapan negaranya dalam memberikan dukungan. Dia sudah menerangkan kepada tim yang relevan agar tetap waspada serta langsung berpartisipasi jika ada permintaan bantuan.
Recent Comments