BAKOELWEB INDONESIA


,


Jakarta


– Biaya untuk membeli kelapa semakin meningkat.
Pedagang
menetak setiap biji kelapa bundar dengan harga berkisar antara Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu mendekati satu hari sebelum Lebaran 1446 Hijriah. Ketika dibandingkan pada masa Ramadhan,
harga
Itu naik sekitar 25 sampai 40 persen dari harga aslinya yangRp 25ribu. Akan tetapi, perayaan agama bukanlah satu-satunya penyebab kenaikan harga kelapa bulat ini.

“Dengar-dengar info katanya kelapa itu dikirim ke
luar negeri
Jadi begitulah masalahnya. Persediaannya terbatas sementara kebutuhan orang banyak,” ungkap Dodi Damanhuri ketika ditemui di tokonya di area Pasar Palmerah, Jakarta Barat, pada hari Minggu, 30 Maret 2025.

Dodi menyebutkan bahwa tahun lalu mendekati hari raya Idul Fitri, dia berhasil menjual sekitar 3.000 butir kelapa. Tetapi karena adanya batasan suplai dari Lampung, sekarang jumlah penjualan turun drastis hingga hanya mencapai sekitar 1.000 buah kelapa utuh yang nantinya akan diekstrak untuk membuat santan. “Jadi sulit sekali (untuk melebihi angka 1.000). Mengapa harus mengirim ke negara lain jika bahkan disini kita masih belum cukup?” protes Dodi.

Dalam enam tahun terakhir menjual kelapa, Dodi merasakan bahwa tahun ini merupakan titik tertinggi dalam sejarah harga kelapanya. Dia menyampaikan keluhan tentang kurangnya pasokan kelapa. Tidak hanya itu, lelaki dari Pandeglang, Banten, tersebut juga mencurigai kalau kualitas kelapa yang diterimanya sedikit rendah.

Sebenarnya, Dodi menyatakan bahwa ia sudah membayar biaya tambahan karena kurangnya pasokan kelapa saat permintaannya sedang meningkat. Dia berkomentar, “Produk harganya tinggi tetapi kualitasnya buruk; yang baik dikirim ke luar negeri.” Pria berumur 30 tahun tersebut menambahkan hal ini.

Mantan Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebutkan bahwa peningkatan permintaan untuk ekspor telah mendorong kenaikan harga kelapa bulat di pasaran domestik. Ia menjelaskan, “Ada banyak permintaan ekspor untuk kelapa dan sektor industri lokal pun sangat mendambakan produk ini.” Pernyataannya tersebut disampaikan ketika dia bertemu dengan media di kantornya pada hari Jumat, tanggal 21 Maret 2025.

Budi Santoso menyatakan bahwa antusiasme masyarakat yang meningkat terhadap buah kelapa berdampak pada penurunan stoknya di pasaran. Dia mencatat, “Industri lokal seringkali kekurangan bahan baku akibat adanya permintaan dari ekspor.” Selain itu, ia bersikeras akan merencanakan pertemuan dengan para eksportir serta petani guna membahas perihal kenaikan harga kelapa sebelum Lebaran tahun 2025 ini.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan ekspor kelapa bulat tercatat menjadi 29,84% lebih tinggi di bulan Februari tahun 2025 dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dalam laporan yang sama, BPS juga menyebut bahwa antara Januari dan Februari 2025, total volume ekspor kelapa bulat oleh Indonesia adalah 71.077 ton.

Negara tujuan utama untuk ekspor kelapa adalah China yang berhasil mengirim sebanyak 68.065 ton dengan total nilai USD 29,5 juta. Diikuti oleh Vietnam dengan jumlah 2.180 ton, Thailand sebesar 550 ton, serta Malaysia berada di posisi terakhir yaitu 280 ton.