BAKOELWEB ID,
JAKARTA —
Indonesia
menjadi salah satu negera yang terdampak oleh kebijakan tariff balas-balasan dari presiden
Amerika Serikat
(AS)
Donald Trump
.
Kebijakan itu menentukan bahwa seluruh negara bakal ditagih bea minimal 10%, sedangkan bagi negeri-negeri yang dinilai memberikan rintangan signifikan pada produk-produk Amerika Serikat akan menerima bea tambahan.
Menurut laporan Bloomberg pada hari Kamis, tanggal 3 April 2025, akan dikenakan biaya tambahan di atas tarif yang sudah ada sebelumnya, seperti pajak 20% untuk produk-produk China berkaitan dengan fentanil. Tambahan kepada hal tersebut adalah pencopotan dispensasi untuk komoditas jangka pendek.
Kebijakan tariff yang bersifat saling menguntungkan atau resiprokal ini berlaku pula bagi negara-negara ASEAN lainnya. Dalam daftar tersebut, Indonesia mencatat dirinya sebagai salah satu dari enam negara dengan bea masuk tertinggi di antara sepuluh negeri di wilayah Asia Tenggara.
Biaya yang berlaku untuk Indonesia adalah sebesar 32%, melebihi angka tersebut dari Malaysia yaitu 24% serta Filipina yang hanya mengenakan biaya impor sebesar 17%. Sementara itu, tarif yang dimiliki oleh Indonesia masih di bawah level Thailand yang memiliki besaran tarif hingga 36%.
Pada saat bersamaan, Kamboja meraih posisi sebagai negara dengan tingkat kebijakan perdagangan balik terbesar di ASEAN sebesark 49%, sedangkan Laos menempati urutan kedua dengan angka 48%.
Berikutnya, Vietnam menghadapi tariff balasan lebih dari 40%, yaitu sekitar 46%. Negara ASEAN lain seperti Kamboja, Laos, dan Vietnam, atau tepatnya Myanmar, menerima tariff serupa pula, yakni 44%.
Berikut merupakan rincian tariff balasan Amerika Serikat terhadap negara-negara ASEAN seperti dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump:
Kamboja: 49%
Laos: 48%
Vietnam: 46%
Myanmar: 44%
Thailand: 36%
Indonesia: 32%
Brunei Darussalam: 24%
Malaysia: 24%
Filipina: 17%
Singapura: 10%
Bursa Asia Melemah
Pada saat yang sama, bursa saham di Asia naik usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan menerapkan bea masuk bagi para mitra perdagangan AS di berbagai belahan dunia tersebut.
Menurut data Bloomberg pada hari Kamis pagi (3/4/2025), indeks Nikkei 225 di Jepang jatuh sebesar 3,23%, Shanghai Composite di Cina menurun 0,56%, Hang Seng Index di Hong Kong tergelincir 2,08%, Kospi Index di Korea Selatan berkurang 1,55%, serta All Ordinaries Index di Australia mengalami penurunan 1,28%.
Di wilayah Asia Tenggara, indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI menurun sedikit sebesar 0,36%, Strait Times Index STI mengalami penurunan 0,55%, sementara itu PSEi di Filipina jatuh 0,87%.
Sebaliknya, Indeks Saham Vietnam Ho Chi Minh bertambah sedikit sebesar 0,04%, sementara Indeks Bursa Efek Thailand justru meningkat 0,4%.
Menurut data Bloomberg, indeks saham Singapura anjlok hingga 1,3% tetapi kemudian mengurangi kerugiannya dalam sesi perdagangan saat ini. Di sisi lain, indeks saham Malaysia merosot 0,7%.
Recent Comments