Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan bahwa ia akan menjaga kepentingan nasionalnya guna menentang tarif tambahan yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh peserta pemilu dan saingannya pada tahun 2025, Peter Dutton.
Secara keseluruhan, Albanese mengidentifikasi bahwa terdapat tiga bidang utama yang tak akan menerima pengurangan pada aturan bea impor baru milik Trump, yaitu ternak sapi, kebijakan biosekuriti, serta industri media. Ketiganya termasuk dalam inventaris rintangan dagang yang dirilis oleh administrasi AS ini. Dokumen itu nantinya bakal jadi landasan penilaian bagi negeri-negeri yang berpotensi merasakan dampak dari kenaikan bea impor sebanyak 25% menurut skema Trump.
“Kami tidak berniat berunding mengenai Skema Keuntungan Farmasi, keamanan biologi, serta Kode Penawaran Media,” ujar Albanese sebagaimana dilaporkan
Reuters
, Rabu (2/4).
Perlu dicatat bahwa Amerika Serikat adalah pembeli terbesar daging sapi dari Australia dengan nilai sekitar US$ 4 miliar pada tahun kemarin. Ini terjadi karena adanya penurunan dalam produksi daging sapi di negeri yang juga disebut sebagai Tanah Paman Sam.
- Trump Mengungkapkan Tarif Terbaru bagi Negara-Negara Hari Ini, Apakah Indonesia_termasuk?
- Harga Baru dari Trump Menggoncangkan Pasar: Indeks Saham Turun, Emas Sebagai Tempat Berlindung
- Kehadiran Hari Pembebasan versi Trump: Bagaimana Pengaruhnya terhadap Ekonomi Global?
Meskipun begitu, nilai ekspor Australia menuju Amerika Serikat belum menyentuh angka 5% dari seluruh ekspornya. Sementara itu, pasar impor terbesar Australia saat ini masih dipegang oleh Cina dengan kontribusi kira-kira 25%.
Di sisi lain, Australia tidak memandang Amerika Serikat sebagai pasar ekspor primadona untuk periode mendatang. Albanese menyatakan bahwa konsentrasinya sekarang tertuju pada pengembangan pasar ekspornya ke arah India dan wilayah Asia Tenggara.
Saat ini, Albanese mengatakan bahwa mereka belum berencana untuk membuka kran impor daging sapi dari Amerika Serikat secara mendekati. Kran impor tersebut tertutup setelah penemuan Penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy atau ‘sapi gila’.
Secara detail, sindrom sapi liar adalah suatu kondisi neurodegeneratif pada hewan ternak yang dihasilkan dari adanya protein tidak normal dan merusak otak. Mengonsumsi daging sapi terinfeksi bisa mengarah ke penyakit otak berbahaya bernama penyakit Creutzfeldt-Jakob.
Albanese menyatakan bahwa pemerintah Australia tidak berencana untuk memodifikasi kebijakan keamanan biologis berkaitan dengan daging sapi dalam jangka pendek. Ia menjelaskan, “Perubahan itu akan membawa dampak kerusakan signifikan kepada hasil produksi daging sapi kita.”
Akhirnya, Albanese berkeinginan menguatkan regulasi tentang Kode Negosiasi Media di negaranya. Sebagaimana telah dikenal, Kode Negosiasi Media menuntut platform digital semacam Google dan Meta agar membicarakan tarif iklan bersama perusahaan media lokal.
Penerapan Kode Perilaku untuk Media dimulai tahun 2021. Albanese berencana memberlakukan sanksi finansial senilai jutaan Dollar AS kepada perusahaan platfom digital besar apabila mereka gagal mematuhi regulasi ini.
Recent Comments