BAKOELWEB ID

– Pada zaman serba digital saat ini, kelompok obrolan seperti WhatsApp merupakan tempat interaksi yang lumrah. Akan tetapi, apakah kamu pernah menyadari adanya orang yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara dalam percakapan tersebut? Sebelum mengasumsi bahwa mereka kurang aktif atau tak peduli, pikir ulanglah; mungkin saja ketenaran mereka adalah tanda dari kemampuan pengelolaan emosi yang baik.

Salah satu karakteristik dasar dari individu dengan tingkat keterampilan emosi yang baik adalah kemampuan mereka untuk menganalisis situasi sebelum berkomunikasi. Mereka enggan bertindak cepat saat diberi tanggapan atau mengekspresikan pandangan. Sebaliknya, mereka akan lebih suka merenungi alur dialog yang tengah berjalan.

Mereka melihat siapa pun yang berpartisipasi, topik pembicaraan apa yang sedang diulas, serta nada komunikasi setiap anggota. Lewat pengawasan awal tersebut, mereka bisa mengetahui latar belakang percakapan dengan lebih baik. Ini membantu mereka dalam menyumbangkan pendapat atau ide yang lebih tepat sasaran dan bernilai.


1. Mereka Menilik Terlebih Dahulu Sebelum Bertutur

Orang yang pintar secara emosional biasanya menjadi pendengar yang efektif. Mereka tak sekadar menantikan kesempatan untuk bersuara. Justru sebaliknya, mereka sungguh-sungguh mendengarkan apa yang disampaikan orang lain. Keterampilan ini membantu mereka mengidentifikasi hal-hal tersembunyi serta makna di balik kata-kata dalam sebuah dialog.

Sebelumnya memberi respon, mereka bakal mengkaji beberapa perspektif. Mereka enggan sembarangan berkomentar atau menyebarkan hal-hal tanpa pertimbangan matang. Tahap pengamatan tersebut mendukung mereka dalam menyiapkan jawaban yang akurat serta rasional.


2. Mereka Merenung Sebelum Mengirim

Di era komunikasi digital yang serba cepat, seringkali kita tergoda untuk langsung mengetik dan mengirim pesan. Namun, orang dengan kecerdasan emosional tinggi memiliki kebiasaan yang berbeda. Mereka akan berpikir sejenak sebelum jari-jari mereka menari di atas keyboard.

Mereka mengerti bahwa teks yang ditulis bisa gampang dimengerti salah arti atau membuat kebingungan. Karena itu, mereka sangat teliti saat memilah-milah pilihan kata dan merancangkan frasa. Tujuannya adalah agar informasi yang diberikan menjadi transparan, singkat, serta tak melukai perasaan siapa pun.

Langkah pemikiran sebelum ketukan jari di keyboard ini melambangkan keterampilan mereka dalam mengatur perasaan serta merenungkan konsekuensi tiap gerakan. Mereka cenderung hindari bersikap gegabah atau terlalu responsif saat bercakap-cakap. Lebih baik lagi, mereka senantiasa pilih memberi pandangan tanpa dipengaruhi oleh kepanasan hati ataupun gairah sesaat.


3. Mereka Tenang dengan Kesunyian

Pada suatu pembicaraan, apakah itu tatap muka atau dalam obrolan grup pesan singkat, biasanya kita merasa kurang nyaman ketika ada jeda atau kediaman. Kami cenderung berusaha untuk cepat melengkapi kesenjangan dengan perkataan. Akan tetapi, seseorang yang memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi, mereka pandang kediaman sebagai hal yang tak selalu mengejutkan atau menjaga.

Mereka menyadari bahwa ada kalanya tak ada hal penting yang harus diucapkan. Tidak ada tekanan bagi mereka untuk selalu menghasilkan respon atau komentar. Kebiasaan ini membuat mereka merasa tenang saat bersama-sama dalam situasi reflektif ataupun pemrosesan data, seperti dilansir dari geediting.com pada hari Rabu, 2 April.

Kapasitas untuk menghadapi kesunyian tanpa rasa cemas membuktikan bahwa mereka tak bergantung pada persetujuan luar atau pujian dari pihak lain. Mereka dipenuhi oleh keyakinan diri yang kokoh dan enggan terus-menerus mencari sorotan. Bagi mereka, kediaman merupakan wadah untuk meditasi dan introspeksi tentang pelbagai aspek hidup.

Oleh karena itu, jika suatu saat Anda menjumpai orang yang jarang berbicara di obrolan grup, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa mereka kurang aktif atau tak peduli. Justru bisa saja mereka memperlihatkan indikasi kematangan emosi yang cukup bagus. Orang tersebut mungkin menjadi pendengar yang teliti, penalar yang rasional, serta individu yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Walaupun terkesan tenang, keberadaannya biasanya membawa sumbangan signifikan dan bernilai pada interaksi kelompok secara keseluruhan.