Pada satu periode tertentu, jalan-jalan Indonesia dipenuhi dengan kendaraan off-road kecil seperti Daihatsu Taft dan Suzuki Katana. Kendaraan-kendaraan ini mendominasi segala jenis rute, baik itu lorong-lorong sempit di Jakarta maupun trek terjal di pegunungan Sumatera.

Masyarakat menggemari kendaraan jeeps itu sebab ukuran kecilnya, ketahanan tinggi, dan penampilan menarik. Tetapi saat ini jenis kendaraan tersebut nyaris tak terlihat lagi di pasaran akibat dominasi dari SUV dengan ukuran lebih besar beserta mobil lainnya.

crossover

yang menggadakan kenyamanan, efisiensi bahan bakar, dan tampilan digital yang bersinar.

Maka, apakah sesungguhnya yang telah berlangsung?


Era Keemasan

Off-Roader

Kompak

Ayo kita kembali ke dekade 1970-an ketika SUV dengan ukuran yang lebih compact mulai populer.

short-wheel base

(SWB) memulai dengan membuat konsumen di Indonesia terpikat. Pada saat itu, SUV-suv tersebut tidak hanya digunakan untuk tampil modis atau melakukan perjalanan akhir pekan, tetapi juga menjadi sarana penting bagi pekerjaan mereka.

Daihatsu Taft “Kebo” serta Toyota Land Cruiser FJ40 atau dikenal juga sebagai Toyota Hardtop barangkali tampak sederhana pada masa itu, namun keduanya merupakan mobil kuat yang dipilih oleh para pekerja pertambangan, petani perkebunan, hingga pegawai negeri untuk menempuh jalan-jalan yang serupa dengan medan off-road.

off-road

.

Pada dekade tahun 1980-an, SUV dengan Wheelbase Pendek (SWB) mulai mendapat minat dari segmen konsumen baru. Yaitu mereka yang mencari mobil kuat namun tidak terlalu besar.

utilitarian

Toyota Land Cruiser Bundera serta Daihatsu Taft versi kedua memulai penawaran beberapa kenyamanan ekstra yang menjadikannya pilihan lebih baik untuk penggunaan sehari-hari tanpa harus mengorbankan performanya.

off-road

Namun, letusan sebenarnya terjadi di tahun 1990-an.

Ini adalah zaman emas untuk mobil jenis SUV. Bila Anda besar di Indonesia saat itu, tentu mengingatkan akan Daihatsu Feroza, Daihatsu Rocky, Daihatsu Hiline, serta Suzuki Katana yang sering terlihat meramaikan jalanan.

Feroza, berbekal mesin 1.6 liter, menjadi opsi yang menarik—agak bandel dan agak kuat.

sporty

Namun, itu sudah cukup untuk menjadikan pengemudinya tampak layaknya seorang petualang sesungguhnya. Sedangkan Katana, penerus resmi dari Suzuki Jimny, merupakan alternatif yang lebih murah. Mobil ini ringan dengan mesin berkapasitas kecil hanya 1.0L saja, namun Katana mempunyai daya tarik tersendiri sehingga Anda akan melupakan fakta bahwa mengendarainya mirip seperti mengontrol sebuah pemotong rumput besar.

Sejak bertahun-tahun, jenis SUV SWB seperti itu menjadi mobil idaman. Kendaraannya cukup kuat untuk medan jalan yang buruk, cukup ringkas untuk menghadapi kemacetan perkotaan, serta punya pesona sendiri. Namun setelah masuk abad dua puluh satu, popularitasnya mulai meredup.


Perubahan Menuju Kepuasan dan Efisiensi

Betulkah seperti Taft, Feroza, atau Katana? Memang mobil-mobil tersebut seru dan kokoh, namun mereka juga cukup berisik dengan suspensi yang terlalu keras serta kurang cocok untuk liburan panjang bersama keluarga. Dengan meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia, permintaannya pun bertambah; yaitu kenyamanan. Orang-orang kini mendambakan suspensi yang lebih empuk, kabin yang sunyi, dan tentunya efisiensi bahan bakar agar tak khawatir lagi menjadi “Sobat Pertamina”.

Kemudian muncullah jenis kendaraan MPV. Bahkan, mobil seperti Toyota Kijang dan Isuzu Panther telah ada selama beberapa waktu dan sempat bersaing pada masa yang sama dengan SUV compact tersebut. Akan tetapi, menjelang pergantian abad baru, mulailah hadir berbagai varian terkini seperti Kijang Kapsul, Panther LS dan Touring, beserta Mitsubishi Kuda yang kemudian merubah kecenderungan pilihan konsumen di Indonesia.

MPV-MPV tersebut memberikan sesuatu yang tak dipunyai oleh kendaraan jenis jeep: ketersediaan ruang. Tidak mengherankan, para orangtua di Indonesia dapat memperoleh tiga deret bangku, sandaran cawan minum, serta sistem pengenduran yang bikin pantat mereka enggak merasa kesakitan saat melintasi bukit-bukit atau speed breaker. Perusahaan Daihatsu juga sadar akan perkembangan ini. Produsen yang sebelumnya menciptakan jejet paling laris di tanah air akhirnya bereaksi atas permintaan konsumen dengan meluncurkan model Taruna yang pada dasarnya adalah sebuah SUV namun memiliki daya tampung mirip seperti MPV.


Regulasi dan Pukulan Terakhir

Meskipun preferensi pasarnya tak bergeser sama sekali, peraturan tersebut pasti masih akan memusnahkan mobil jeep favorit Indonesia itu. Tahun 2003, Indonesia mulai menerapkan aturan tersebut.
standar emisi Euro 2
Ini menunjukkan bahwa mesin karbu perlu segera diabaikan. Hal ini merupakan berita cukup negatif untuk Suzuki Katana serta Daihatsu Feroza, karena keduanya tetap memakai motor tua dengan kadar emisi besar.

Sebagai gantinya dari merogoh kocek dalam demi merekayasa kembali SUV tersebut agar memenuhi standar kontemporer, sang pembuat memutuskan untuk menyelesaikannya dengan cara yang lebih sederhana yakni dengan berhenti memproduksinya. Dengan demikian, mobil yang dulu menjajaki jalanan Indonesia secara dominan itu hilang tanpa jejak.

Bukan cuma soal emisinya saja. Peraturan keamanan pun kini makin strict. Mobil jip bergaya dulu yang sempat nge-trend itu.
tidak memiliki

airbag

, ABS, atau teknologi keselamatan canggih lainnya
Sejalan dengan peningkatan tuntutan tes tabrak, produsen mengetahui bahwa mengubah desain bekas itu tidak lagi menjadi opsi yang masuk akal dari sudut pandang ekonomi perusahaan.


Para Pencinta yang Susah

Move-On


Hanya lantaran produsen menghentikan produksinya bukan bermakna bahwa penggemarnya akan berakhir dengan cinta terhadap produk tersebut. Sebenarnya, hal itu malah bisa semakin memperkuat minat mereka. Bila Anda menyaksikan dunia komunitasproduk ini,

off-road

Dan para pengumpul kendaraan klasik di Indonesia saat ini, SUV SWB atau Jeep compact tetap menjadi incaran yang populer.

Satu kendaraan Suzuki Katana yang masih dalam keadaan prima dapat bernilai antara 60 sampai 80 juta rupiah. Apabila telah mengalami restorasi penuh serta modifikasi, atau termasuk dalam varian khusus layaknya Katana, harganya mungkin akan berbeda.

long-wheel base

Yang dahulunya terkenal sebagai kendaraan milik karyawan BRI, harga mobil ini bahkan dapat mencapai angka Rp200 juta. Demikian pula halnya dengan Daihatsu Taft, yang dulunya banyak dipakai di perkebunan dan area pembangunan, saat ini bisa bernilai sampai Rp80 juta apabila keadaannya masih baik. Kendaraan off-road tersebut telah beralih fungsi dari sarana transportasi ekonomis dan simpel menjadi objek koleksi.


New Jimny dan Prospek Mobil Jeep Compact Di Masa Depan

Keinginan kuat para penggemar dan kolektor tersebut membuktikan bahwa perasaan cintanya tetap abadi terhadap mobil Jeep bergaya retro. Inilah sebabnya diakhir tahun 2010-an, Suzuki memutuskan untuk merombak ulang model Jimny-nya.

Hasilnya? Sangat luar biasa. Antusiasme para pembeli sangat besar. Di Jepang, 50.000 orang mendaftar untuk membeli Jimny Nomade lima pintu hanya dalam waktu empat hari dan sekaligus membuat rekornya.
antri selama 3,5 tahun
Di Australia, pada tahun 2024 sebelumnya, orang-orang diwajibkan untuk
menunggu hingga delapan bulan
Untuk memperoleh sebuah unit. Di Meksiko,
1.000 unit pertama terjual habis dalam tiga hari.
Dan bagaimana dengan di Indonesia? Sebelum secara resmi dirilis pada Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019,
Sudah habis 50 unit yang tersedia itu terjual.
.

Jimny menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat menggemari jenis kendaraan SUV beroda pendek (SWB). Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan di antara keduanya. Tidak seperti versi sebelumnya, Jimny yang terbaru ini tidak lagi menjadi sebuah jeep tradisional.

off-road

Murah dan sederhana seperti dahulu. Kini, Jimny telah menjadi mobil mewah dengan harga di atas 400 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan Daihatsu Taft yang kembali diluncurkan sebagai SUV perkotaan yang lebih elegan.

Maka dari itu, apakah SUV SWB atau biasa disebut jeep compact klasik akan bangkit lagi sebagai model populer? Bisa dibilang hampir mustahil. Lingkungan pasar telah bertransformasi, demikian juga dengan preferensi para pemakai mobil. Kebanyakan calon pembeli sekarang mencari efisiensi bahan bakar, teknologi canggih, serta sistem keamanan yang bisa diandalkan tanpa menimbulkan keprihatinan bagi penyedia asuransi.

Apabila SUV SWB berencana untuk sepenuhnya kembali, perusahaan harus mencari solusi guna mempersempit jurang di antara harga yang terjangkau dan harapan saat ini. New Jimny telah menunjukkan bahwa kebutuhan pasar sekarang tak dapat dipuaskan tanpa penyesuaian pada harganya. Sementara itu, melihat regulasi industri yang makin tegas, pembuat mobil enggan mereduksi mutu produk mereka.

Oleh karena itu, tampaknya mencapai keseimbangan tersebut cukup rumit. Dalam situasi ini, SUV kuat dan sederhana yang dahulunya mendominasi jalan-jalan di Indonesia kemungkinan besar masih akan menjadi kenangan indah. Meski begitu, sebagaimana telah dibuktikan oleh para peminatnya, rasa cintanya tidak akan pernah hilang selamanya.